Hingga saat ini, belum ada obat atau terapi yang dapat menyembuhkan ß-TM sehingga transfusi darah menjadi gold standard dalam pengobatan pasien β-TM. Namun, darah yang ditransfusikan mengandung zat besi yang sebagian besar tidak dapat diekskresikan oleh tubuh.
Hal tersebut menyebabkan penumpukan zat besi (iron overload), sehingga mendorong pembentukan reactive oxygen species (ROS) yang terakumulasi pada organ-organ vital, seperti jantung dan hati. Akumulasi dalam jumlah besar tersebut dapat berujung pada komplikasi hingga kematian.
Untuk mencegah terjadinya penumpukan zat besi maka diperlukan terapi dengan menggunakan iron chelator, salah satunya adalah deferiprone. Namun, DFP yang diberikan secara oral menyebabkan obat termetabolisme dengan cepat di hati dan memiliki waktu paruh yang singkat, sehingga meningkatkan frekuensi pemberian DFP, serta efek samping terkait masalah gastrointestinal, agranulositosis, dan neutropenia.
Berangkat dari permasalahan tersebut, mahasiswa Program Studi Farmasi Univeritas Hasanuddin bersama tim beranggotakan Sitti Nur Khadijah Maharani (Farmasi), Muh. Taufik Hidayat (Farmasi), Indianty Dwi Ramadhany (Farmasi), Nur Izzah Khairani (Farmasi), dan Nur Annisa Rahman (Kedokteran) melaksanakan riset untuk mengembangkan inovasi penghantaran Deferiprone dengan mengkombinasikan sistem Iron-responsive Nanopartikel dan Dissolving Microneedle.
Riset yang dilakukan ini juga merupakan sebuah penelitian yang dikompetisikan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) tahun 2024.
Penelitian yang dilakukan oleh tim ini mengkaji terkait polimer ferrocene yang responsive terhadap kadar besi dalam darah. Polimer ini akan mengenkapsulasi deferiprone sehingga pelepasan deferiprone dalam darah dapat dikontrol.
Selain itu, polimer ferrocene dibuat dalam bentuk kopolimer menggunakan bahan polyetilen glikol dan polycaprolactone untuk meningkatkan sifat biodegradable dari ferrocene.
Salah seorang anggota tim, Sitti Nur Khadijah mengatakan, pengembangan deferiprone dengan polimer ini akan meningkatkan efektivitas dari obat tersebut. Polimer yang diformulasikan dalam bentuk nanopartikel mampu meningkatkan permeasi obat. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa formula nanopartikel tersebut akan diintegrasikan ke dalam sediaan dissolving microneedle.
(*)